Sekarang ini, bisa dikatakan di Indonesia sudah mulai memiliki ancaman yang namanya krisis pangan. Tidak hanya di Indonesia sendiri namun sudah termasuk jadi masalah global tersendiri yang saat ini sudah mulai melanda.
Tentu adanya ancaman tersebut bisa saja terjadi walaupun harga sudah dinyatakan mulai turun. Tentu dalam setiap masalah ada solusinya yang bisa dilakukan, bisa dengan solusi baru yang harus dikembangkan.
Solusi Teknologi Untuk Sumber Pangan
Mungkin sekarang ini, bisa dibilang masih jauh dari adanya ancaman krisis atau risiko pangan tersebut. Di Indonesia pun masih membutuhkan waktu dengan optimal agar bisa mengendalikan tren berupa importasi komoditas pangan yang terus menerus naik.
Tidak hanya tentang kebijakan hulu-hilir yang sudah terintegrasi, kemudian intensif usaha, khusus untuk para petani dan peternak, serta bagi para pelaku di hulu harus menjadi perhatian, supaya produksi yang ada dalam negeri Indonesia ini jadi lebih kuat dan maksimal dengan benar.
Hal tersebut sudah disampaikan dalam sebuah Diskusi Ekonomi Berdikari mengenai pangan yang diadakan di Jakarta. Prioritas dari pemerintah juga tidak lepas dari ketahanan pangan agar bisa meningkatkan kesejahteraan dan juga dalam pemerataan.
Dalam hal ini juga pihak dari pemerintah sudah berupaya dalam jangka pendek, ingin berupaya dalam menyediakan pasokan dan juga harga pangan yang jadi lebih terjangkau supaya bisa jadi mudah mengendalikan adanya inflasi. Pada komoditas beras sendiri sudah ditugaskan kepada Perum Bulog agar bisa menyiapkan beras cadangan pemerintah setidaknya sebanyak 1,2 juta ton.
Selain itu, pihak dari pemerintah terkait pun juga berupaya dalam memberikan bunga rendah dalam pembiayaan dan mekanisme jual rugi sehingga fungsi dari Perum Bulog jadi lebih kuat untuk kedepannya.
Bisa dikatakan juga bahwa tidak pernah berhenti berupaya dalam melakukan masalah pangan yang ada. Namun, sekarang ini belum ada solusi yang nantinya bisa bekerja dengan optimal. Pada area lahan yang digunakan untuk produksi pangan pun juga sudah mulai menurun, minat dari generasi baru khususnya dalam bidang bisnis tani juga turun, fasilitas penggunaan irigasi sudah mulai banyak yang tidak bisa digunakan karena rusak.
Tidak hanya itu saja, subsidi yang seharusnya diberikan pada para usaha tani pun sampai sekarang ini banyak saja yang salah target, kemudian impor pangan yang semakin lama semakin besar saja, dan masih banyak yang lainnya lagi.
Mungkin, jika dikatakan dalam negara Indonesia sendiri, dalam hal ancaman adanya krisis pangan tidak begitu dekat. Karena sekarang saja masih kategori aman, khususnya di tahun-tahun terakhir ini.
Apalagi musim kemarau dengan sifat basah jadi produksi pangan dapat dikerjakan ketika sedang ada musim kemarau sampai dengan produksi pangan yang akan datang tersebut. Kendati demikian, kondisi tersebut tidak menjadikan kita semua jadi santai, menyepelekan dan juga jai terlena akan kenyamanan tersebut, karena bagaimanapun tetap harus dilakukan upaya agar tidak terjadi adanya krisis pangan yang nantinya bisa melanda Indonesia.
Jika diperhatikan, berdasarkan Diskusi Ekonomi Berdikari sendiri, ada beberapa narasumber yang memiliki pendapatnya tentang membangun rasa mandiri. Maka dari itu, hal yang bisa diupayakan adalah intensif usaha yang jadi semakin diperkuat untuk masa depan.
Jika membicarakan hal tersebut, yang menjadi daya tarik bagi para usaha tani sendiri jadi terus menerus turun, mulai dari generasi lama hingga pada generasi yang baru sekalipun. Apalagi jika usaha tani memang tidak memberikan hasil yang besar dan keuntungan yang melimpah.
Tentu saja hal tersebut dapat menjadikan para petani jadi tidak memiliki keinginan dalam bidang tersebut. Hal yang kemungkinan bisa terjadi adalah para pelaku usaha tani jadi lebih bergairah dalam hal yang mendatangkan keuntungan ketika bekerja.
Terobosan yang jadi salah satu terobosan yang dapat dikerjakan adalah dalam menggunakan teknologi supaya bisa mengatasi masalah yang nantinya jadi bisa diselesaikan dengan mudah. Subsidi yang diberikan dan bantuan terhadap sarana produksi dalam bidang tani juga wajib dipastikan hingga sampai pada orang yang memang memiliki hak.
Adapun teknologi yang bisa saja memberikan kemungkinan terhadap semua intensif yang diberikan untuk petani supaya dapat disampaikan atau diberikan kepada setiap individu yang memiliki hak tersebut dengan pas. Jika berdasarkan masalah yang selama ini sudah terjadi, teknologi pun juga sudah ada disediakan, namun selalu ada hambatan dari masalah lainnya.
Selain itu, mulai dari harga, kemudian ada juga informasi cuaca, dan ada juga hama, serta beberapa penyakit yang bisa diberi lebih cepat dengan memakai teknologi. Dengan adanya teknologi yang digunakan di lapangan, mungkin juga akan jadi hal yang membuat para generasi baru jadi lebih tertarik dalam hal usaha tani.
Selama ini pun, dapat dilihat dengan jelas bahwa adanya perdagangan produk dari bidang pertanian sudah cukup banyak memakai kekuatan teknologi. Apalagi sekarang ini, teknologi sudah semakin intensif dipakai dalam area bisnis dalam bidang usaha tani/pertanian.